Thursday, November 1, 2018

Hasil research kantar media

Ini adalah link hasil research Kantar Media dan Reuters Institute, untuk study mengenai journalism.

Dalam research tersebut menyatakan bahwa Peran berita di media sosial telah mencapai titik infleksi,
Peran berita yg pada masanya dulu dipegang oleh media mainstreem dengan segudang etika bermedia meyakinkan audiens bahwa berita yg dibaca memiliki tingkat akurasi yg baik.

Namun seiring dengan makin gencarnya sosial media, justru batasan2 etic semakin lemah, akurasi dari datapun semakin rendah. Dari pola yg terbuka menjadi jauh lebih tertutup. Kekacauan konten juga tak terhindarkan. Lihat saja ruang2 yg terbangun juga semakin exclusive dan private. Sehingga siapa coba yang akan mengatur informasi yg salah atau benar, jika kemudian persepsi atas satu berita bisa bercabang demikian besar?

Nah kita tengah menghadapi konfigurasi data yg super acak dan semakin lama semakin membuat pola komunikasi yg begitu riuh namun dari sisi data cukup mengkhawatirkan, karena relevansi konten dan kualitasnya bisa sangat buruk. Facebook misalnya bahkan informasi yg (meskipun yg disampaikan tingkat akurasinya masih dipertanyakan?) bisa makin ngga jelas ketika masuk ke ruang yg semakin tertutup dan mengambil alih slack nya. Seperti Whatsapp.

Sayangnya hal ini juga yg digunakan oleh pihak2 tertentu untuk memanipulasi data dan membangun kepercayaan manusia untuk semakin menguasai satu sama lain.

Hal ini pun belum termasuk algorithm yg bekerja pada system komputasi saat kita menggunakan media sosial ini. Taukan?  jika kita terus menerus mempercayai dan membaca satu sumber berita maka otomatis tautan yg sama akan muncul disekitar bacaan yg kita download ataupun yg kita upload.

Dunia memang sedang bergerak secara acak, tapi rasanya kita harus tetap bijak menyikapinya

Selamat membaca link yg rasanya perlu untuk kita semua.

Jangan suka hoax lah ... karena seterusnya isi kepalamu akan mengarah kesitu ..😅

#belajarmedsos
#jarisantun

Sistem algoritma pada medsos

Beberapa hari lalu, kamis 13 sept 2018, saya posting mengenai research Kantar media dan Reuters Institute, tentang perubahan wajah social media.

Perubahan yang paling mendasar salah satunya adalah system komputasi algorithma pada sosmed.

Algorithma pada media social adalah cara menyortir konten untuk users, dengan menyesuaikan kebutuhan pengguna dengan menyajikan informasi yang sesuai.

Contoh sederhana, jika saya adalah seorang penyuka puisi, dan dalam waktu seminggu  saja saya terus menerus membuka tautan mengenai puisi, maka selanjutnya saat kita membuka timeline, iklan2 dari tautan tentang puisi akan terus bermunculan disekitar postingan anda. Juga jgn kaget kalo tiba2 banyak tawaran untuk ngajak kencan dari akun2 vulgar 😅, bisa dipastikan bahwa si pengguna juga sih yang suka buka2 akun mereka 🤣

Eh, kembali ke soal algorithma social media. Setelah hasil researh kemarin. Berikut adalah tatanan algorithma dari masing masing social media yang paling banyak digunakan, jika hendak dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.

Social media, jika ingin efektif bisa dimanfaatkan untuk marketing, bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan akan eksistensi (umumnya manusia doyan eksis kan ya?), atau sekedar baca2 pengetahuan, atau bisa juga jadi alat kejahatan, Sudah bukan rahasia bahwa sosial media seperti facebook juga jadi tools para teroris untuk merekrut calon pengantinnya.

Semua ini tergantung kita menyikapinya. Sejatinya?, apasih tujuan anda menggunakan social media ini?, Untuk itu kita bisa lebih detail mempelajari pemanfaatannya; berikut tautan yang mungkin bisa bermanfaat untuk di pelajari;

https://sproutsocial.com/insights/social-media-algorithms/

Sementara itu?, apakah system ini cukup merubah kehidupan kita?!, woiyaaa sudah pasti kita akan terkena dampaknya?, data mengenai hidup kita menjadi tak lagi eksklusif, kalo tak hati hati, bahkan data yang paling ingin anda sembunyikan pun bisa dengan mudah dicari (bisa di stalking)

Jadi walaupun kamu ngga suka, benci dg system algorithma ini, terus cuekin aja, system ini akan terus berkembang dan berubah. Kita hanya akan memiliki 2 pilihan aja;

Menjadi kaum renta yang malas berubah dan akhirnya teronggok sunyi dipojokan atau beradaptasi dengan situasinya?!,

System algorithm dalam social media ini, akan terus bekerja dan berkembang sesuai jamannya.

Algorithms ini memungkinkan kita untuk semakin memperbanyak kawan dan fans juga. Karena Semakin sering orang menyukai, berbagi, dan mengeklik postingan  Kamu, semakin kuat juga jaringan sosial dan korelasi yang akan membuat jarak antara mereka dan kamu bertaut.

Akan tetapi, nasihat dari seorang kawan pengelola salah satu social media yg berada di jakarta juga mengatakan; sosmed ini hanya satu cara saja menjadikannya alat komunikasi dan marketing secara online, kegiatan offline juga masih harus dikerjakan untuk menjadikan konten yg ingin di sebar lebih efektif lagi.

Nah Silahkan dipelajari berikut systemnya. Selamat hari minggu yaa

Cc geng jari santun ; Rendra Almatsier Paramitha Lakshmi
#belajarmedsos
#jarisantun



Keterlanjuran teknologi dsn medsos

Media sosial dan revolusi Industri 4.0

Seperti kita semua tau bahwa perkembangan dunia digital terutama sosial media, sedang berevolusi lumayan ekstrim terutama pada kecepatan dan kepandaian konsep digitalisasinya.
Pasti udah tau dong ya pada revolusi industri 4.0?, dimana nama tersebut diberikan sebagai trend otomatisasi dan pertukaran data yang cerdas dg meniru sistem kepandaian otak manusia namun lebih muat banyak dan lebih besar (otak manusia kan kapasitas nya terbatas). Terdapat 2 hal yang mempengaruhi revolusi industri 4.0 ini; yaitu Artifisial Intelligence AI dan big data (mega data)
(Supaya ngga kepanjangan nulisnya, boleh ya googling sendiri soal AI dan Big data ini? Hehe)

Revolusi industri 4.0 yang mempengaruhi media sosial ini bekerja secara real time, melalui alat yg bernama Internet of Thing (IoT) dalam alat modular yg pintar yang mentautkan semua data dg jumlahnya yg super besar (mega data) dan secara tepat mengolah dan menganalisis segera sesuai dg permintaan users. Tentu saja dengan super cepat.

Logikanya gini, kalo jaman saya kuliah dulu, komputerisasi musti dibikinin program dulu dg sistem kode binary ala turing
(alan turing, pernah nonton filmnya kan? Imitation games yg menciptakan komputer dan memecahkan kode enigma jerman?)!,
duluuuu saya kuliah, mata kuliahnya bernama digital math dan logika fortran IV (ketahuan Deh angkatannya 😔), nah indikator dan logicnya ;
Program statement
    variable declarations (optional)
    executable statements (if and then)
    END statement
    SUBROUTINE or FUNCTION modules (optional)
Bayangkan hal yang sama tapi jumlah indikatornya berkali kali lipat, dan datanya super banyak. Kecepatannya pun warbiyasak, serta system algorithma nya (seperti yg pernah saya upload minggu tgl  16 sept 2018 lalu.)

Inovasi industri 4.0 ini atau disingkat I4 berasal dari strategy pemerintah german dalam mempromosikan komputerisasi manufakturnya. Dipromosiin di hanover 2012. Dan sekarang sudah banyak yg mengaplikasikannya terutama pada dunia perbankan, media, manufaktur dan lainnya. Tak pelak lagi ini akan merubah behavior manusia dalam kesehariannya. Gimana ngga? Sudah banyak kota didunia yg ngga lagi pakai uang cash atau mata uang kertas. Semuanya e money. (Ini jadi ngomong apa sik?! Ngelebar kemana mana?)

Ok, balik ke media sosial, secara prinsip inovasi I4 ini memiliki 4 prinsip yg diaplikasikan di system social mediia (tentu aja 4 kan ya?!!😅) antara lain;
(1) Interoperabilitas: Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang-orang untuk terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui Internet of Things (IoT) atau Internet of People (IoP), dg tanpa batas pd implementasinya.

(2) Keterbukaan informasi: Kemampuan sistem informasi untuk membuat salinan virtual dunia fisik dengan memperkaya model pabrik digital dengan data sensor. Ini membutuhkan agregasi data sensor mentah ke informasi konteks bernilai lebih tinggi. / sangat besar.

(3) Bantuan teknis: Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan mengumpulkan dan memvisualisasikan informasi secara komprehensif untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah yang mendesak dengan pemberitahuan singkat. Kedua, kemampuan sistem fisik dunia maya untuk secara fisik mendukung manusia dengan melakukan berbagai tugas yang tidak menyenangkan, terlalu melelahkan, atau tidak aman bagi rekan kerja manusia mereka.

(4) Keputusan yang terdesentralisasi: Kemampuan sistem fisik dunia maya untuk mengambil keputusan sendiri dan melaksanakan tugas mereka se-otonom mungkin. Hanya dalam kasus pengecualian, interferensi, atau tujuan yang saling bertentangan, adalah tugas yang didelegasikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Hebatnya lagi, karakteristik I4 ini dibikin customize dan fleksibel sesuai permintaan. Mislnya konfigurasi model tampilannya bisa disesuaikan dg diagnosis users, dan kognisi individual.

Cobak?, bakal segede apa tuh datanya jika kemudian masing2 individu pengguna dengan membawa indikator masing2 kemudian saling terhubung seperti jaring laba2 .

jadi mikir aja nih saya?, lama lama apa kita ngga tenggelam sendiri di dalam big data ini?. Entahlah?,
Ini juga belum memperhitungkan tingkat kesalahan, kalau dulu yg sering dihadapi dlm pemrograman digital namanya syntax error. Saya pribadi tetap saja masih takjub soal fleksibilitasnya?, gimana dg human error?, syntax error? Duh????. (Musti baca lagi, biar lebih dalam memahami)

Tapi sudahlah?, fokus tulisan ini adalah;
Bagaimana kita menghadapi teknologi media sosial dg kondisi pembaruan dan perubahan yang revolusioner.
Jika kita kemudian tau bahwa Artificial Intellegence ini sangat berpengaruh pada proses pemanfaatan media sosial, dan perubahan apa yg kita alami sebagai manusia penggunanya?;

berikut ini adalah artikel yg bisa di baca ;
https://www.smartdatacollective.com/future-social-media-depend-artificial-intelligence/

Sekilas saja?!, artikel ini menjelaskan bagaimana kita menghadapi era digital yg memang sudah ada diantara kita sekarang. Banyak mitos yg (biasa deh manusia suka gitu sih) berkembang? Kemudian biasanya jadi gentar menghadapi. Padahal pilihannya kaya kemarin saya bilang, ngga ngikutin lalu menjadi species yg kesepian renta dan teronggok sunyi di pojokan atau kita musti belajar dan mengikuti perkembangan?,

Lalu tantangan apa yg akan kita hadapi? ;
Sudah pasti jaman sekarang ini kita ndak bisa lepas dari media sosial, bahkan HRD sebuah perusahaan saja, akan ngecek siapa kita jika kita ngelamar kerjaan, ngga cuma berdasarkan cv yg kita berikan.

 Demikian juga sebuah perusahaan, sudah hampir pasti mereka memanfaatkan media sosial untuk menjadi bagian dari profiling bahkan promoting produknya di media sosial. Jadi yang dibutuhkan adalah memanfaatkan media sosial dg sangat hati hati dan bijak.
Berikut adalah artikel yg bisa dipelajari dalam memanfaatkan kecerdasan buatan yg sedang mengemuka.

https://www.oktopost.cohttps://www.oktopost.com/blog/artificial-intelligence-in-social-media/m/blog/artificial-intelligence-in-social-media/

Take Advantage of Artificial Intelligence in Social Media

Tautan berikut inipun sekaligus membahas dampak dari AI di social media. Mudah mudahan data dan artikel ini membuat kita siap menghadapi setiap kondisi.

https://www.martechadvisor.com/articles/machine-learning-amp-ai/the-impact-of-artificial-intelligence-on-social-media/

Selamat membaca,

#selamat jumat,
#TGIF
#belajarmedsos
#jarisantun

Sebenarnya kemarin mau bahas soal Hoax di social media, namun di bahasan yang pertama (pada hasil research nya kantar media dan Reuters Institute sudah ada di dalamnya.)


Easy like sunday morning

Hello,
Easy like sunday morning.
Gimana menurut L? Asyik kan ya kalo punya robot beginian?,
Beberes rumah keknya juga bisa segera dilakukan dengan teknologi.

Semakin mendekati benar kan ya? Atau semakin benar? Bahwa TEKNOLOGI DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMBUAT “KEBAHAGIAAN” YANG KONSTAN SEBAGAI NORMA BARU MANUSIA -YNH di Homodeus-

😅😅

Mungkin ini kelihatan bagian kecil saja dari keseharian kita yang diambil alih oleh teknologi, tapi wait?! Ini ngga kecil loh, rentetannya akan sangat panjang.
Satu pekerjaan domestik tertangani, ribuan pekerja domestik atau bahkan jutaan pekerja domestik akan segera kehilangan pekerjaannya.

Lalu mereka nanti ngapain? Nganggur? Mau ndak mau manusia harus berubah kearah kinerja yang beda lagi? Bayangkan kalo seluruh dunia pake robot ini, TKI dan pekerja domestik kita diluar negeri balik semua? Terus mereka ngapain? Chaos?!...
Ya ngga gitu?, manusia pasti akan segera beralih pada kegiatan dan solusi positif lainnya. Tak pelak lagi kita akan menentukan arah kehidupan yg beda lagi. Kultur beda lagi, attitudes juga menyesuaikan diri. 😊😊

Artificial Intelegent ini kalau dilihat secara positif ya akan memajukan manusia, bahkan makin membuat manusia bahagia. Bayangkan semua tertata rapih dan kita bisa menikmati kebahagiaan dg mendengarkan kicau burung pagi hari, tanpa harus panik dg rumah yg kek kapal pecah.

sementara urusan tiny winy greety dirumah beres manusia bisa  dengerin kicau burung bisa membawa kepuasan, manusia juga akan semakin mencari solusi dari teknologi tinggi lainnya. Dan beberapa yang lebih berani dari ini mungkin termasuk mengubah atau meng-upgrade otak dan tubuh kita — bagaimanapun juga, emosi pada akhirnya hanyalah reaksi biokimia yang semakin bisa kita aduk-aduk dan rekayasa.

Keliatan hanya satu robot pintar, tapi multiple efeknya bisa kemana mana?

Gimana? Ini adalah dunia yg sedang kita jalanin loh?, pilihan ditangan kitasih? Mau maju dengan semua kecerdasan manusia atau cuma mikir “berbuat apa saja termasuk cuma fitnah dan bohong sana sini untuk memperoleh kekuasaan?!,

Yaelah ....

#easylikesundaymorning
#belajarmedsos
#goodmorningyou

Jangan mau dibodohi

Ini penting untuk diperhatikan. Apakah kita mau dibodohi?
Firehose of falsehoods ini sepertinya sedang terjadi juga?
What do you think ?!

Berdasarkan penemuan mutakhir di Bidang neuroscience, orang2 konservatif memiliki amygdala yg aktif sementara orang2 progresif memiliki insula yg lebih aktif. Amygdala adalah pusat rasa takut sementara insula adalah pusat empati. Firehose of falsehoods ini adalah utk mengaktivasi amydala. Dan itu dilakukan melalui berbagai hoax yg disebarkan.

(Baca saja dimana mana?!, banyak yg nyebarin hoax pada setiap kejadian bencana, untuk apa? Selalu saja dikait2 an dg azab atau bentuk2 lainnya), kita tau itu konyol kan?, tapi banyak juga yg percaya. Ini jahat banget...

Oh come on ... janganlah kita mau dibodohi ....

Bersama remaja menghadapi dunia medsos

BERSAMA REMAJA MENGHADAPI DUNIA MEDSOS

Sekarang ini, kita hidup didunia dimana perubahan bersifat eksponensial. Kita membantu mempersiapkan anak anak kita untuk suatu pekerjaan yang belum ada, untuk menggunakan teknologi yang belum ditemukan, dan untuk menyelesaikan masalah yang belum kita ketahui masalahnya.

Lalu bagaimana kita dapat mempersiapkan diri kita untuk anak-anak kita pada sebuah dunia dengan transformasi dan ketidakpastian yang begitu radikal dan belum pernah terjadi sebelumnya?

10 tahun lalu, ketika anak2 menjelang remaja dan tidak bisa dicegah untuk terpapar teknologi social media, (antara takut, antara pingin tau) sayapun memaksa diri untuk belajar dan mengikuti trend yang ada sekaligus mengajari anak anak untuk bersocial media dengan harapan melakukannya dengan lebih sehat dan aman.  Untuk saya waktu itu, lebih baik memperkenalkan ke anak2 duluan, belajar sama2, mengikuti perkembangan mereka di sosmed (berteman di semua medsos mereka) ketimbang mereka terpapar informasi dari yg lain yg ngga bisa saya ikutin (egoiskan ya?!🙈) . Mendampingi bukan mengawasi.

Diantara kegagapan berteknologi sekaligus excited, kepikiran juga tentang kondisi dunia seperti diatas. Dunia seperti apa 30 tahun mendatang?, yang pasti kecepatan informasi takkan terbendung lagi.

KENYATAAN HARI INI;
sekita 4 milyar orang dari jumlah populasi dunia menggunakan -media sosial- dan menurut sejumlah laporan, manusia menghabiskan rata-rata dua jam setiap hari untuk membagikan, menyukai, menulis cuitan dan memperbaharui perangkat ini. Artinya sekitar setengah juta cuitan dan foto Snapchat dibagikan setiap menit. Dan kecepatan beritanya? Dihitung dalam nano second.

Kalau minggu lalu saya sampaikan soal mega data yg beredar di dunia maya, tersimpan dengan sendirinya, terolah dalam system algoritma dan teknology AI yg berkembang begitu pesat. ini adalah kenyataan hari ini. Saya kok semakin yakin, Bahwa teknology akan lebih hafal dan tau ttg diri kita ketimbang diri kita sendiri?! (Gamang kalo mikir begini?)

Dan keterlibatan manusia dengan menggunakan Medsos otomatis membuka ruang dunia maya untuk menyimpan segenap data tentang diri kita hingga sedetail2 nya dengan pola algorithmic dan akurasi yg hampir pasti (Jejak digital)
Artikel ini sedikit memperlihatkan bagaimana cara kerja AI,

https://www.google.co.id/amp/s/futurism.com/1-evergreen-making-sense-of-terms-deep-learning-machine-learning-and-ai/amp/

Tantangan dalam bersosial media;
Sosial media yang berkembang demikian pesatnya, menawarkan berbagai kebutuhan informasi yang super woow mudahnya. Apa aja ada jika anda memerlukan informasi tentang bagaimana mengurus kucing, tentang penurunan gas emisi, moneter, apa saja tinggal googling anda bisa pintar seketika. Dengan kecepatan nano second ini, kecanduan akan alat teknologi tak terhindarkan bukan?, pertanyaannya kemudian siapkan kita sebagai manusia diera revolusi industri 4.0 ini?!

Hal paling mudah adalah “menyerah”, ngga perlu ngapa ngapain, diem aja. Algoritma dan data2 tentang dirimu akan mengolah dengan sendirinya. Semua keputusannu akan dikelola mesin dan otak artifisial. Bukan hanya itu?, jika hasratmu untuk tetap berinteraksi (pingin eksis) melalui sosial media juga bisa. Dijamin kegembiraan impulsif masih didapat. Kalo dulu Karl Max bilang Die Religion ... ist das Opium des Volkes - Agama adalah candu. Mirip dg itu Medsos  adalah candu (kalo ngga mau dibilang agama baru #eh).
Kebanjiran Dopamine di otak akibat addictive karena mainan medsos ini juga bisa terjadi loh?!, lha wong nyandu.

Tapi, apa memang begitu?, apa kita mau kehilangan kendali atas diri sendiri?!, apa kita tak lagi mau mempertahankan masa depan yang bernama kehidupan dengan memegang tali kendali institusi tubuh dan pikiran kita sendiri. Masa datang akan berbunyi seperti ini ; dengan kehebatan bioteknologi, dan kecerdasan buatan yg mengagumkan, manusia harus bersaing dalam hal kecerdasan itu sendiri. Berlarilah lebih cepat, untuk itu kita perlu fleksibel, ringan dan ngga usah bawa banyak barang di tubuh dan pikiran kita. Gosah “Halu” atau delusi / ilusi. Tinggalkan semua ilusi, gunakan data real dan info yang akurasinya udah jelas.

Berikut tulisan dari ; Muhamad Afifudin Alfarisi, Mahasiswa Graduate Institute of Philosophy. National Central University Taiwan. PPI Taiwan (ppidunia.org) tentang tantangan dan peluang dalam social media sebagai referensi.

https://nasional.kompas.com/read/2017/12/10/10283451/skeptis-pada-media-sosial-tantangan-bagi-generasi-milenial?page=all#page1

Begitu banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menghadapi dunia teknologi, terutama teknologi yg paling dekat digunakan sehari hari seperti medsos ini. Banyak banget ranjau yang harus diwaspadai antara lain;
Hoax (tau kan?) ,”Fomo” (fear of missing-out). Ketakutan akan ketinggalan interaksi di sosial media yg begitu mencandu, atau hanya menjadi pengguna yg “receh” dan kurang bermakna, akibatnya wajah pengguna hanya pada apa yang biasa diposting saja (untuk tau aja, jaman sekarang banyak HRD perusahaan atau kantor2 modern akan ngecek sosmed kalian jika ngelamar pekerjaan, jadi ngga cuma mengenali melalui cv saja, percuma nulis bagus2 kualifikasi di cv kalo di sosmednya sering nyebarin hoax, ga bakal di reken).

Selanjutnya tantangan bermedia sosial ada pada kualitas manusianya yang ngga bisa mengikuti kecepatan situasi yg berkembang. Pendidikan tradisional sekarang ini masih saja menjejali anak anak dengan informasi, padahal melalui social media jumlah informasi bisa alaihim gambreng banyaknya. Lepas dari info bener apa ngga?!, sementara di era seperti saat ini, bekal yang dibutuhkan adalah ; belajar anti hoax (pasti ga diajarin kan disekolah? Atau udah ada yg gurunya sukarela ngajarin hal ini?) pelajaran untuk membiasakan mencari reverensi tambahan terhadap sebuah informasi. Sekarang ini, alih alih demikian, yang sering terjadi justru kebiasaan antiverifikasi, belum paham benar situasi langsung saja nge klick menshare sesuatu, tidak bertanggung jawab atas berita yang diedarkan.
Meskipun Share informasi merupakan soal keputusan individu, apakah akan melakukan tindakan share atau tidak. Tapi tak ada salahnya banyak membaca untuk mencapai referensi dan menshare sesuatu yang bermanfaat. Hal ini juga akan  menguntungkan performance pengguna medsos.

Hancurnya pemahaman yang tersekat sekat;
Melalui internet, social media, dan teknologi yang berkembang, takpelak lagi manusia akan semakin berjejaring secara global (bahkan sudah), bukan tak mungkin kedepan manusia sudah tak bersekat pada batasan antar negara, antar kultur, antar budaya.
Realitanya kita saat ini hidup dalam realita  objektif, subjektif dan antar subjektif (harari). Realitas ini akan terus berjalan bersamaan dengan semakin berkembangnya teknologi. Saya lagi lagi percaya bahwa dunia tanpa sekat akan semakin terealisasi, sementara untuk mereka yang masih berfikir sektarian, ngga berani menglobal?, situ yakin bisa ngikutin semua ini? (Sinis parah nih aku)...

BELAJAR BERSAMA;
Karena kehadiran kemajuan teknologi yang begitu deras melebihi kecepatan suara, dan ukuran kedepan mungkin juga informasi diukur dengan kecepatan cahaya (lebay), maka cara aman adalah bekerja sama dengan anak untuk mulai mempelajari teknologi yang tak kasat mata ini (Internet of thing = IoT). Diskusikan setiap kali ada hal baru terjadi disekitar kita, terbuka, menggunakan data dan berusahalah tetap berfikiran fleksibel. Fleksibilitas kalau menurut yg saya alami sangat penting, butuh keberanian luar biasa untuk melihat berbagai hal dari sudut pandang yang berbeda, thingking out of box, but in fact sekarang ini I event didn’t see where is the box is?!,
Karena ketika kita menjadi orang tua dimasa kini tak akan memahami apa yang akan kemudian terjadi dimasa datang, maka kita hanya bisa mengajak anak belajar bagaimana sejatinya menjadi manusia.
Dalam bukunya yang luar biasa Yuval Noah Harari menyebutkan;saat ini ide yang sederhana tetapi menakutkan adalah; sifat manusia akan berubah pada abad ke-21 karena kecerdasan melepaskan diri dari kesadaran.
Kita tidak akan membuat mesin dalam waktu dekat yang memiliki perasaan seperti kita manusia memiliki perasaan: yaitu kesadaran. Robot tidak akan jatuh cinta satu sama lain (yang tidak berarti kita tidak mampu jatuh cinta dengan robot). Tetapi kita ini telah membangun mesin - jaringan pemrosesan data yang luas - yang dapat mengetahui perasaan diri kita jauh lebih baik daripada diri kita sendiri: kecerdasan. Google - mesin telusur, (bukan perusahaan) - tidak memiliki keyakinan dan keinginannya sendiri.
Mesin atau system ini tidak peduli apa yang kita cari dan system atau mesin ini tidak akan merasa terluka oleh perilaku kita.
Tetapi alat tersebut dapat memproses perilaku kita untuk mengetahui apa yang kita inginkan sebelum kita mengetahuinya sendiri. Fakta itu memiliki potensi untuk mengubah apa artinya menjadi manusia.ya kan?, makanya ya (kakak. Adek. Gaees) belajar terus menerus dengan fleksibel adalah kuncinya. Berikut adalah link yang secara praktis mungkin dapat membantu kita mendampingi remaja baru gede yang ada dirumah. (Atau baca juga tautan2 lain sebagai referensi)

https://theconversation-com.cdn.ampproject.org/v/s/theconversation.com/amp/how-parents-and-teens-can-reduce-the-impact-of-social-media-on-youth-well-being-87619?amp_js_v=0.1&usqp=mq331AQGCAEoATgA#origin=https%3A%2F%2Fwww.google.co.id&prerenderSize=1&visibilityState=prerender&paddingTop=54&p2r=0&horizontalScrolling=0&csi=1&aoh=15381213620498&viewerUrl=https%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2Famp%2Fs%2Ftheconversation.com%2Famp%2Fhow-parents-and-teens-can-reduce-the-impact-of-social-media-on-youth-well-being-87619&history=1&storage=1&cid=1&cap=swipe%2CnavigateTo%2Ccid%2Cfragment%2CreplaceUrl

Catatan tambahan; Dalam komunikasi massa, media sosial ini adalah jembatan penghubung antara dirikita dengan publik dan dengan dunia luar, atau lebih specifik dengan jaringan kawan kawan yang akan mempengaruhi kehidupan kedepan. Social Media dan teknologi itu mitra, bukan musuh. Dan kalau kita ndak mulai untuk bersahabat dan belajar dengannya kita hanya akan jadi ah sudah lah... (mau bilang seonggok daging renta nangis dipojokan ngga berarti kok ya ngga tega)

Udah ah ...
Endah Nurdiana

#happyfriday
#belajarmedsos
#kangenygnyuruhbacaharari
#jarisantun

Hoax membunuhmu

Hoax membunuhmu
(Ajakan kyai Ahmad Ishomuddin untuk segera dituliskan sebelum lupa, makasih pak kyai 🙏🙏)

Bagian terpenting dalam bermedia social adalah menempatkan media social dalam penggunaan sehari hari. Medsos ini adalah alat yang penggunanya ( pemanfaatnya) dilakukan oleh banyak individu yg ada di jagad raya ini. Sehingga berbagai macam pikiran dan kelakuan bisa saja diserap dan dikalkulasi melalui algoritma data tanpa pretensi apapun, asalkan jumlahnya besar maka akan begitu saja terakumulasi, menjadi viral dan beredar di dunia maya.

Jika kita belajar dari situasi yang terjadi akhir2 ini. Maka berita ttg Ratna Sarumpaet saja yang jelas2 menyebut dirinya adalah ratu hoax yang paling hebat saat ini, cukup menggugah pengguna dengan trending topik tentangnya yang menjadi begitu viral di media masa mainstreem dan media social . Dengan kejadian ini, apakah anda semua memandang hanya gejala alamiah biasa? Seperti hujan dan angin yang nantinya akan berlalu? Coba mari sama sama kita pelajari.

Hoax

Menurut KBBI, Hoaks mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual” sebagai kebenaran. Menurut Werme (2016), mendefiniskan Fake news sebagai berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoaks bukan sekedar “misleading” alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.

Selanjutnya untuk lebih melihat tentang hoax silahkan baca wikipedia atau googling di tautan berikut;

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berita_bohong

Ditambah tautan yg pernah saya posting beberapa waktu lalu, didalam hasil penelitian kantar media dan Reuters.

Jika merujuk pada definisi diatas maka, sebenarnya cara cara memanfaatkan hoax dalam berkehidupan kita saat ini sudah begitu kasar dan jahat. Contoh paling nyata adalah, bagaimana bahasa2 kebencian dan kemarahan ditebar begitu mudah hingga menyebabkan kematian.

Akibat langsung yang bisa kita lihat antara lain;
*)contoh seorang tukang service ampli sholat di masjid di tuduh mencuri dan di bakar hidup hidup2.

*)atau yg paling anyar adalah penggebukan oleh suporter bola yang menyebabkan kematian, hanya karena perbedaan pilihan atau perbedaan fans clubnya.

Dan rasanya masih banyak lagi hoax dan berbagai kata kebencian yang marak dan menggerakkan pikiran2 agresif dan kadang kala tidak disadari oleh sekelompok manusia yg akhirnya bisa menjadi mesin pembunuh.

Ada apa dg otak manusia?.

Tahun lalu saya dikasih tau Dr. Dharmawan Sp.Kj (dokter jiwa) bahwa sebenarnya gen orang Indonesia itu membawa gen cinta kasih. Akan tetapi jika terpapar terus menerus bisa menyebabkan juga kerusakan otak dan pola pikir.

Pada dasarnya, di otak manusia itu kita memiliki neuron cermin.
neuron cermin diaktifkan oleh pengamatan dan pelaksanaan tindakan, tetapi tidak oleh pengamatan objek saja. Banyak study mengindikasikan bahwa neuron cermin menyala saat merespon baik melalui tindakan maupun suara. Selanjutnya, neuron cermin juga diaktifkan baik oleh video yang memperlihatkan tindakan maupun video yang memperlihatkan suatu “niat” akan melakukan sesuatu. Beberapa studi juga mengindikasikan aktivasi neuron cermin terlihat saat subjek melihat tayangan klip video orang yang mengekspresikan rasa senang atau tidak senang, atau mengekspresikan emosi apapun yang mereka rasakan.
Lagi lagi saya mengambil referensi dan membaca sebagian besar artikel yg bertaut dari wiki pedia;

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mirror_neuron

Endah Nurdiana


Jika demikian halnya, maka paparan yang begitu masif apalagi jika hoax, akan sangat mempengaruhi, ya kan?, Bahkan oleh jutaan orang (di Indonesia).
Melaui penglihatan, pendengaran dan bacaan.

Lalu, Bagian mana di otak kita yang terpengaruh?
Seorang teman ahli neuroscientist pernah berbicara mengenai sistem limbik di otak kita.
Saya kutip sedikit dari artikel yg ada;

Sistem limbik adalah bagian otak yang terlibat dalam respons perilaku dan emosi, terutama ketika menyangkut perilaku yang kita butuhkan untuk bertahan hidup seperti mencari makan, reproduksi dan merawat keturunan, dan respon fight or flight (melawan atau melarikan diri) saat dihadapkan oleh situasi negatif atau pemicu stres.

Fungsi utama dari hippocampus itu sendiri adalah pembelajaran dan penyimpanan serta pengolahan memori jangka panjang.
Dalam konteks memori, hippocampus membantu mengolah dan mengambil kembali dua tipe spesifik dari memori jangka panjang yaitu:
 • Memori eksplisit, yaitu memori yang terdiri dari fakta dan peristiwa yang secara sadar dilakukan. Sebagai contoh: Seorang aktor belajar untuk mengingat dialog dalam pertunjukan.
 • Hubungan spasial, yaitu tipe memori yang membantu kita menghubungkan lokasi objek dengan objek referensi lain secara spesifik. Sebagai contoh: Supir taksi mengingat rute seluruh kota.
Berikut tautannya sebagai referensi ;

https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/fungsi-hippocampus-adalah/

Nah, jika bagian ini terpapar oleh sebuah informasi yang buruk, hoax atau contoh kondisi yg begitu menyeramkan, maka tinggal kita lihat saja sejauh mana kerusakannya. Ada yang masih dalam tahap paparan sederhana dan bisa dipengaruhi untuk kembali ke jalan yang benar, tapi jika sudah benar2 rusak seperti kepercayaan para teroris itu, ya cuma bisa dilakukan dengan mengoperasi sebagian kecil otaknya untuk dibuang. Lobotomi.

Ok, kembali pada peran hoax yang baru baru ini terjadi. Jelas kan ya bahwa Ratna S mengaku sebagai raja Hoax.?, lalu di sebuah acara TV seorang (yang tadinya) rekannya FH, menyatakan sudahlah di tutup saja kasusnya, dihentikan jangan di perpanjang, “dimaafkan” saja toh beliau adalah ibu2 tua (70 th) dan sudah mengaku serta sekarang sudah di proses hukum?!.

Tapi apasih yg terjadi sesungguhnya?!, publik dibikin bingung dg apa yg terjadi sesungguhnya. Jika ingat permainan politik yg dilakukan trump dengan konsultan politiknya?!,** maka perilakunyg di setting adalah framming untuk mempengaruhi batang otak masyarakat pada umumnya.

Kita seolah diajak melihat berita hoax berkali kali, lalu mengakui dan meminta maaf. Tercatat 3 kali dia (RS) membuat hoax lalu minta maaf?, ;
1. PT Dirgantara Indonesia Milik RRC
2. Pecahan Uang Rp 200 Ribu
3. Mengaku dipukuli

Dan kesemuanya berakhir dengan permintaan maaf, lha terus? Apa kita orang Indonesia bukan bangsa pemaaf ?,
?, Nah justru disitu kalau saya lihat bahwa munculnya drama yg berulang, diamini oleh orang2 yg seharusnya menjadi role model masyarakat. Menjadi semacam “pengaruh” tersembunyi yg jelas akan mempengaruhi sistim limbik manusia2 yg secara aktif bergaul dan terpapar dari media (alat modern yg secara teknik bigitu saja mengalgoritmakan kejadian tanpa pretensi.)

Batang otak kita seolah dipaksa melihat kebohongan, mengamini, lalu memaafkan beramai ramai. Dengan dalih kita harusnya memaafkan.

Bayangkan jika jumlah hoaxnya tidak hanya itu, bayangkan otak kita terbiasa kaget2 dg berita lalu dengan cepat harus memaafkan dan melupakan,

Bayangkan.!!!, itu seperti contoh di lab, seekor tikus yg di kandangin, ditakut takuti, kemudian di setrum (jerit2), lalu sesudahnya dikasih makan, disayang2. Dan terus demikian berulang ulang. Pasti si tikus akan resah kalo sesekali tidak di setrum, krn otaknya terlatih untuk di setrum dulu sebelum makan.
Ngeri bgt kalo hal2 begini.

Neorocermin yg kita miliki ini, pada masa kini otak kita dimanipulasi dengan sedemikian rupa melalui kejadian2 hoax yg akibatnya sudah sebegitu masif. Bahkan berbuah kematian.
Masihkah kita bisa rasional, apakah kita masih bisa ber emphaty ? kita sudah sangat sering mendengarkan hoax, kata kata kasar loh?, situ yakin kita tidak terpapar?

Sebuah ideologi kebencian yang diusung oleh berbagai pihak berulang ulang diwartakan, di manipulasi dibuat bingung dibuat marah?!, berulang ulang, kurang apa?!

Framing yg dibuat, tak lagi mengulas soal contoh baik, kegiatan baik, bahkan pembelajaran yg optimal untuk mengembangkan dan membangun bangsa ini. Alih alih seharusnya kita menghadapi milenium perubahan industri berbasis teknologi canggih, kemampuan tersebut justru digunakan untuk mencapai perasaan sympati yg tertanam dalam kalbu (otak primitif / bawah sadar) mereka, dan menjadikan kita ini tiba tiba jadi mesin pembunuh. Gampang banget terpicu marah, gampang banget jadi tidak rasional. “Senggol bacok” lah pokoknya.

Lagi lagi saya ndak ingin tiba tiba jadi ahli jiwa atau ahli bio- psykososial, tapi soal soal ini sudah begitu dekat dengan ruang2 pemikiran dan keseharian kita, apa mau terus menerus dibiarkan?!?

Regulasi yang ada di Indonesia belum cukup untuk menangkis situasi situasi seperti ini. Perhatikan saja kasus RS, kasus warga yang berbeda pilihan jenazahnya tidak disholatkan, kematian akibat pengeroyokan?, sejauh mana tertangani dengan maksimal?,

bukaaan ini bukan soal sakit hati karena kandidatnya tidak terpilih?, tapi soal perilaku kita yang semakin rendah tingkat toleransinya, soal generasi selanjutnya yang tidak disadari jadi beringas dan gampang brutal.
Juga soal soal kemalasan berfikir dan mencari preferensi lebih dahulu sebelum bertindak, sebelum meng upload informasi di media social dan soal etika yang mungkin sudah lama tak lagi masuk dalam kisah keseharian kita ini.

Ah kalo mau curhat, panjang banget sejarah dan perjalanan kehidupan kita ini. Hoax yang paling saya lihat adalah besarnya sekelompok orang yg intoleran dan sekterian terutama kebencian terhadap etnis china. Kasus2 brutal tahun 1998 apa ngga kurang ngeri?!, lupa? Atau bagaimana?!,

Ini adalah sejarah kelam bangsa ini kalo boleh jujur?, tapi bahwa lewat kecanggihan media social juga kita jadi bersatu padu lewat agenda asian games dan sekarang asian para games. Kita bisa tanpa sadar juga bisa bersatu padu, bangga jadi orang Indonesia dengan peringkat 6 nya.

Jadi kalau kemarin saya posting ; pendapat Budiman yang bilang “  Ini bukan soal cerdas apalagi genius. Hanya butuh ‘tidak gila’ saja utk mengakui bahwa hoax/fitnah itu tak pantas dpt porsi dalam kampanye politik.
 Menurut saya sih penting untuk dipahami.

Teknology dan perubahan dunia sedang berjalan dengan atau tanpa kehendak kita semua, sebentar lagi tak pelak kita akan menjadi warga dunia. Masa sih kelas kesadaran kita masih ditataran primal insting yang gampang banget di pengaruhi oleh cara cara kerja hoax yang irasional.

Etika dalam berkebangsaan masih amat perlu. Dan cobalah waras selama masa kampanye ini. (Kok ya masa kampanye ini luama banget sih ya?)

Catatan;
**menggunakan Cambridge Analitical
Cambridge analitical adalah pola2 kerja untuk merubah behavior society dan digunakan  di beberapa negara dan digunakan dalam kampanye pemilu, sayangnya methodanya memang jahat, dan colateral demage nya ngga nahanin.berikut tautan atau baca deh wiki pedianya.

https://www.investopedia.com/terms/c/cambridge-analytica.asp

#belajarmedsos
#jar